Surabaya, Kampus Ursulin. Sanmaris, Media sosial kembali diramaikan dengan tren baru yang menyita perhatian para remaja: Velocity. Video dengan efek patah-patah super cepat, transisi intens, dan beat lagu yang menghentak kini membanjiri linimasa TikTok. Remaja dari berbagai daerah berlomba-lomba membuat konten dengan gaya khas Velocity, seolah menjadi simbol eksistensi dan gaya hidup digital terkini.
Velocity tidak sekadar video, tapi telah menjelma jadi cara baru untuk mengekspresikan diri. Tren ini menciptakan identitas visual baru yang dianggap keren dan kekinian. Tak heran jika banyak remaja rela menghabiskan waktu untuk mengedit satu video berdurasi kurang dari satu menit.
Namun, di balik popularitasnya, tren Velocity juga menimbulkan kekhawatiran. Dorongan untuk tampil “perfect” di video menyebabkan banyak remaja merasa tidak percaya diri jika belum memenuhi standar estetik versi tren tersebut. Mereka menjadi sangat peduli dengan tampilan wajah, gaya berpakaian, bahkan kualitas kamera yang digunakan.
Selain itu, keinginan untuk mengikuti tren ini juga memicu tekanan sosial. Tidak sedikit yang merasa tertinggal jika tidak ikut-ikutan membuat video Velocity, hingga akhirnya memaksakan diri demi validasi berupa like, komentar, dan jumlah tayangan. Fenomena ini perlahan mengubah cara remaja menilai dirinya sendiri—bukan dari karakter, tetapi dari bagaimana mereka terlihat di layar.
Dalam menghadapi tren seperti ini, penting bagi remaja untuk menyadari bahwa tidak semua hal viral harus diikuti. Mengikuti tren boleh saja, selama tidak mengabaikan batas diri dan tanggung jawab. Remaja juga perlu belajar untuk menghargai proses, bukan hanya hasil, serta menyeimbangkan antara dunia digital dan kehidupan nyata.
Salah satu cara menjaga hal itu adalah dengan membatasi waktu bermain media sosial, tetap fokus pada kegiatan produktif, dan menjadikan media digital sebagai alat, bukan cermin harga diri. Identitas seseorang tidak ditentukan dari transisi cepat atau efek visual, tetapi dari siapa mereka ketika kamera dimatikan. Velocity bisa saja berlalu, tapi dampaknya bisa tertinggal jika tak disikapi dengan bijak.
Oleh : Arya (HUMAS OSIS)
Sumber dilansir dari: https://smp-pacet.sanmarosu-jatim.sch.id/news/show/fenomena-velocity-tren-viral-tiktok-dan-dampaknya-bagi-remaja
Dirilis pada tanggal 9 April 2025