Surabaya, Kampus Ursulin - “Pendidikan sejati tidak hanya menjawab soal, tetapi juga membangun jiwa yang kuat, jujur, dan tangguh. Itulah sebabnya mengajar disebut seni tertinggi, karena buahnya bukan hanya kecerdasan, melainkan juga kemanusiaan. Dan itu, lebih dari apa pun, adalah warisan yang bertahan seumur hidup.”
Pesan penuh makna tersebut disampaikan oleh Sr. Noorwindhi Kartika Dewi, OSU, Ketua II Yayasan Paratha Bhakti sebagai bekal bagi para guru agar senantiasa teguh dalam mendampingi murid dalam karya pendidikan Ursulin.
Sebanyak 40 guru dari jenjang KB-TK hingga SMA mengikuti implementasi Pembelajaran Mendalam pada Sabtu, 13 September 2025 dan 20 September 2025. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Seminar Konseptual Pembelajaran Mendalam yang telah diselenggarakan pada Sabtu, 7 Juli 2025.
Sebelum pelaksanaan peer teaching, para guru terlebih dahulu mendapat pendampingan sebanyak tiga kali dari narasumber Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) melalui pertemuan daring. Dalam pendampingan tersebut, para guru mendapat kesempatan untuk meninjau modul yang telah disusun dan menerima masukan konstruktif. Melalui proses ini, para guru memahami kesesuaian modul dengan prinsip pembelajaran mendalam sehingga saat peer teaching dapat mengimplementasikannya dengan baik.
Kegiatan peer teaching menjadi pengalaman berharga bagi para guru, baik saat berperan sebagai pengajar maupun sebagai murid. Mengajar di hadapan rekan sejawat memberikan tantangan tersendiri karena para guru harus mempraktikkan metode baru dan menerima masukan langsung dari rekan kerja. Sebaliknya, saat berperan sebagai murid, para guru dilatih untuk menempatkan diri dalam kelompok belajar sesuai jenjang sehingga pembelajaran dapat berlangsung interaktif, mudah dipahami, serta mampu menjaga konsentrasi peserta didik. Dengan demikian, peer teaching juga menjadi sarana refleksi nyata bagi para guru untuk memahami kondisi murid dalam pembelajaran.
Lebih dari sekadar praktik hasil seminar dan pendampingan, kegiatan ini memberi kesempatan bagi para guru untuk mengembangkan kompetensi pedagogik, mengasah empati, serta melakukan refleksi diri agar dapat menjadi fasilitator pembelajaran yang dirindukan murid.
Hasil refleksi dari peer teaching tahap pertama dan kedua menunjukkan bahwa para guru mampu merancang pembelajaran yang menarik, menyusun strategi cerdas, melaksanakan pembelajaran secara kreatif dan interaktif, serta terus mengembangkan diri melalui diskusi dengan rekan sejawat.
Pada sesi penutup, para narasumber memberikan sejumlah peneguhan sebagai pedoman dalam mengajar. Di antaranya, memperbanyak kegiatan kelompok untuk mendukung pembentukan karakter murid, menekankan lintas disiplin ilmu dan kemitraan, menyelaraskan visi dan misi pembelajaran, mengubah pola pikir guru, serta berani melakukan kolaborasi lintas jenjang, lintas unit, bahkan antar lembaga.
Penulis: Maria Theresia Nike K., Guru Matematika SMA Santa Maria Surabaya